Monday, April 21, 2014

TANTANGAN NUKLIR DI TENGAH ANCAMAN KRISIS ENERGI

Mendengar kata nuklir, pandangan orang langsung teringat pada radioaktif, fukushima, chernobil, Hiroshima-nagasaki, kebocoran reaktor dan banyak tragedi kemanusiaan lain. Nuklir dianggap sebagai senjata mematikan dan sumber energi yang sangat berbahaya. Dugaan penggunaannya sebagai senjata juga yang memicu ketegangan di kawasan timur tengah sehingga memicu instabilitas kawasan. Sejarah memang mencatat, sejak awal ditemukan sumber energi ini telah banyak menimbulkan malapetaka. Namun jangan lupa, nuklir telah memberikan beragam manfaat bagi umat manusia.
Apa yang salah dengan nuklir? Sehingga tidak semua Negara dapat mengembangkan proyek pengayaan uranium dengan bebas. IAEA sebagai badan tenaga atom dunia yang membawahi penggunaan nuklir selalu memberlakukan kontrol ketat kepada Negara-negara yang melakukan program pengayaan uranium. Apabila nuklir dianggap berbahaya, lalu bagaimana dengan sumber energi lain. Apakah benar-benar bersih, bebas dari resiko kerusakan parah yang dapat menyebabkan tragedi kemanusiaan dan lingkungan?
Salah satu tujuan utama dari pengembangan nuklir adalah sebagai pembangkit energi. Hingga tahun 2013, kurang lebih terdapat 442 PLTN berlisensi di dunia dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia. (www.wikipedia.org). Pun demikian, dunia kini dihadapkan pada sebuah isu besar permasalahan energi terbarukan sebagai ancaman global.
Dengan kapasitas pembangkitan energinya yang sangat besar, tak heran banyak Negara maju mulai beralih ke nuklir sebagai sumber pembangkit energi utama. Namun, untuk membuat reaktor nuklir sebagai pembangkit listrik bukanlah hal yang mudah. Diperlukan teknologi tinggi, ilmu pengetahuan dan tenaga ahli yang benar-benar kompeten untuk mengoperasikannya. Sehingga hanya beberapa Negara di dunia yang sukses mengembangkan proyek pengayaan uranium untuk keperluan pembangit energi listrik. Perancis, Inggris, Amerika Serikat, India, Jepang, dan Rusia adalah contoh-contoh Negara yang menggunakan nuklir sebagai salah satu varian pembangkit listrik di negaranya. Bahkan Perancis memiliki 59 reaktor dan menggantungkan 80% dari total produksi listrik di Negara tersebut kepada nuklir.
Di tengah kebutuhan dunia yang tinggi akan sumber energi baru terbarukan, seharusnya nuklir mampu menjadi pilihan. Kemampuan nuklir untuk pembangkitan listrik sangat besar dan jauh lebih efisien dibandingkan energi fosil. Namun, dunia seakan sudah antipati terhadap nuklir sebagai salah satu sumber energi yang paling bersih dan efisien. Bayang-bayang resiko lingkungan dan tragedi kemanusiaan seolah selalu membekas dalam ingatan kelam sejarah dunia. Nuklir dianggap sebagai mesin perusak dan harus diganti penggunaannya. Oleh karena itu, IAEA mengkampanyekan dunia bersih nuklir tahun 2030.
Apakah pandangan itu tepat? Apakah sumber energi lain jauh lebih bersih dari nuklir? Atau kita yang belum menemukan kelemahan sumber energi lain tersebut? Atau kita yang belum bijak dalam memanfaatkan nuklir? Ketika dunia ramai-ramai mencari sumber energi alternatif pengganti energi fosil, nuklir seakan ditinggalkan. Catatan sejarah dan ilmu pengetahuan akan besarnya manfaat nuklir sengaja dilupakan karena dianggap terlalu berbahaya.
Bagaimana dengan Indonesia? Negeri ini sangat kaya akan uranium. Lebih daripada itu, Indonesia juga kaya akan gas alam, batubara, dan panas bumi serta beragam sumber energi alternatif. Setidaknya total kebutuhan energi listrik nasional mencapai 30.000 Mw, dan hampir semuanya dipenuhi oleh pembangkit listrik tenaga Uap di PLTU-PLTU besar di Jawa. PLTU Paiton menyumbang 3000 Mw, Suralaya 3400 Mw, namun semuanya menggunakan energi fosil sebagai sumber pembangkit energinya.
Semakin lama, negeri ini akan membutuhkan semakin banyak energi untuk menopang kehidupan. Baik energi untuk pembangkit listrik maupun untuk transportasi. Bahwa jangan selalu bergantung pada energi tak fosil adalah sebuah keharusan. Namun, pernahkah terfikirkan bagaimana kesiapan energi alternatif untuk menggantikan energi fosil sebagai sumber energi utama dunia? PLTG Kamojang sebagai PLTG terbesar di Indonesia hanya mampu menghasilkan 375 Mw listrik. Jauh di bawah cadangan potensial geothermal Indonesia yang mencapai 40% cadangan geothermal dunia.
Dalam peta neraca kelistrikan nasional, Permintaan akan listrik untuk sektor rumahtangga adalah yang paling besar. tahun 2012 tingkat konsumsi listrik untuk rumahtangga telah mencapai 72.133 GWh atau 41,5% dari total pemakaian listrik nasional. Selanjutnya aktivitas industri membutuhkan pasokan listrik mencapai 60.176 Gwh atau 34,6% dari total kebutuhan listrik (www.esdm.go.id). Kebutuhan listrik yang sangat besar baik untuk sektor rumahtangga maupun produksi inilah yang harus direspon dengan cepat agar jangan sampai terjadi krisis energi nasional.
Serangkaian program strategis menuju kemandirian energi nasional sebenarnya telah termanifestasi dalam masterplan MP3EI. Pemerintah memiliki target mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 10.000 Mw. Merupakan sebuah rencana yang tidak mengada-ada mengingat sentralnya peran listrik bagi perekonomian nasional. Pemerintah dianggap sangat menyadari bahwa kebutuhan energi listrik yang terpenuhi akan sangat mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi.
Indonesia memiliki beragam sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan energi fosil. Angin yang berhembus kencang, air yang melimpah, panas bumi, dan masih banyak lagi termasuk nuklir. Namun, kurang adanya keseriusan serta kesukaran untuk merealisasikan dalam waktu singkat adalah sedikit dari banyak alasan yang mampu menjadi jawaban masih bergantungnya kita akan energi fosil. Mengulang pertanyaan diatas, apakah siap sumber energi alternatif tadi untuk menggantikan peran energi fosil? Masihkan kita tidak mau mengakui nuklir sebagai salah satu alternatif energi yang bersih di tengah ancaman akan krisis energi?
Avi Budi Setiawan Pengajar Jurusan Ekonomi Pembangunan Unnes/ Peneliti K2EB

1 comment:

  1. Since the industrial revolution began in Britain , the need for energy is increasing dramatically . Currently , most of the energy needs are supplied from fossil fuels
    suksestoto

    ReplyDelete