Monday, April 21, 2014

TERUSLAH BERJUANG RITEL TRADISIONAL

Tingginya konsumsi masyarakat dewasa ini membuat aktivitas distribusi barang ke konsumen tingkat akhir meningkat pesat. Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, kebanyakan masyarakat memilih untuk berbelanja kebutuhan di toko-toko kelontong di dekat lingkungan tempat tinggal yang kemudian dikenal sebagai pedagang eceran atau ritel tradisional. Usaha ini biasanya dikelola oleh rumahtangga untuk mengisi waktu luang dan sedikit menambah penghasilan keluarga.
Dalam perjalanannya, ritel tradisional dianggap turut membantu pengembangan sektor UMKM nasional. Jutaan ritel tradisional turut menopang perekonomian rumahtangga di Indonesia. Share nya secara individual mungkin tidak besar, tapi sangat membantu mendukung aliran barang dan jasa ke konsumen akhir.
Tetapi fenomena kini mulai bergeser. Ritel-ritel modern telah hadir hingga ke penjuru desa. Kalangan pemodal besar mulai melirik pasar ritel untuk dikembangkan secara maju. Harapan keuntungan yang menggiurkan dengan terjun ke ritel modern mulai berkembang. Implikasinya, ritel modern tumbuh menjamur di pelosok daerah. Kalau dulu pasar modern muncul dan hegemoninya mengalahkan pasar tradisional. Kini pedagang eceran yang tradisional pun telah diserbu “pasarnya” oleh pedagang eceran modern.
Konsumen tingkat akhir pun disajikan dengan beragam pilihan tempat untuk membeli barang kebutuhan pokok. Dulu apabila ingin membeli gula dan sekedar sabun mandi orang mendapatkan dari toko tetangga sebelah. Kini cukup dengan berbelanja di ritel modern yang lokasinya tidak jauh dari rumah. Ritel modern pun dirasakan lebih bersih, lengkap serta harga yang relatif lebih murah sehingga menjanjikan kenyamanan yang lebih baik. Membeli barang kebutuhan dari ritel modern pun terkesan lebih elit.
Dibalik keunggulan ritel modern yang dibawa ke pelosok daerah. Sebenarnya masyarakat tengah dihadapkan dengan ancaman “matinya” ritel tradisional. Konsumen akan beralih untuk berbelanja di ritel modern dengan berbagai daya tariknya. Di sudut yang lain, ritel tradisional akan kehilangan konsumen. Hasilnya pun kini dapat dilihat. Ritel-ritel tradisional mulai banyak yang bangkrut dan kemudian gulung tikar karena kehilangan konsumen.
Secara jelas sebenarnya terlihat, ritel tradisional tidak mungkin dapat bersaing dengan ritel modern yang bermodal jauh lebih besar, promosi lebih gencar dan harga lebih kompetitif. Mereka pasti akan terinjak di tengah kompetisi. Ritel tradisional memulai usaha dengan modal seadanya, sisa dari kebutuhan rumahtangga yang diputar kembali. Keuntungan yang diharapkan pun tidak seberapa besarnya. Konsumen yang disasar juga tidak sebegitu banyaknya.
Ritel modern memang menjanjikan lapangan kerja baru yang banyak untuk sektor formal. Usaha ini umumnya dikelola oleh perusahaan-perusahaan, sehingga akan menjanjikan perputaran uang besar. Pemasukan yang diberikan ke Negara juga jauh lebih besar melalui penerimaan pajak. Tapi sadarkah kita bahwa jutaan usaha kecil akan hilang dengan menjamurnya ritel modern? Yang artinya lapangan kerja sektor informal akan tergerus habis. Usaha kecil ritel tradisional yang berusaha hidup mandiri, menopang kehidupan jutaan  keluarga kecil akan dipunahkan oleh kekuatan modal besar.
Tetap Berjuang
Oleh karena itu, Ritel tradisional selayaknya dilindungi. Semangat Negara untuk menjamin keberlangsungan hajad hidup masyarakatnya untuk mandiri harus tetap dijaga. Ritel tradisional tidak boleh hilang dan mati. Usaha seperti inilah yang sebenarnya head to head dengan konsumen di tingkat akhir. Salah satu alasan konsumen berbelanja di ritel tradisional adalah pertimbangan lokasi yang tersebar di berbagai sudut. Konsumennya pun biasanya adalah langganan rutin atau masyarakat lingkungan sekitar.
Keberadaan ritel tradisional perlu tetap di jaga dengan serangkaian kebijakan pemerintah. Karena pemerintah lah yang memiliki kewenangan dan regulasi langsung untuk melindungi ritel tradisional namun tetap memfasilitasi ritel modern. Pandangan yang harusnya dibangun adalah ritel modern harus berjalan selaras dengan ritel tradisional, saling melengkapi bukan bersaing satu sama lain yang nantinya pasti akan mematikan salah satunya.
Untuk menyelaraskan keberadaan keduanya. Hendaknya pertumbuhan ritel modern harus dibatasi dengan seperangkat regulasi. Setidaknya perlu ada penataan zonasi. Ritel modern tidak boleh asal berdiri. Perlu ada kebijakan tata ruang yang jelas dan tegas. Kebijakan ini sebenarnya telah ada, namun perlu dikonsistenkan dalam penerapannya. Ritel tradisional sebenarnya memiliki keunggulan, yakni lokasinya yang tersebar hingga ke pelosok-pelosok hingga menyentuh konsumen akhir. Apabila keberadaan ritel modern tidak dibatasi, maka keunggulan ritel tradisional tadi akan diambil alih oleh sehingga tidak memiliki keunggulan lagi.
Ritel modern yang berdiri pun hendaknya menguntungkan bagi daerah setempat. Tujuannya agar tercipta simbiosis mutualisme antar masing-masing pelaku kegiatan ekonomi. sebagai contoh, ritel modern harus menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat. Ritel modern juga dapat menjadi galeri produk-produk UMKM lokal. Serta mampu menjadi mentor bagi ritel tradisional untuk berkembang pesat.
Pengembangan riset tradisional layaknya berjalan dengan dukungan dari semua pihak. bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Lembaga keuangan lewat dukungan modal, akademisi lewat fasilitasi dan inovasi, bahkan kalangan ritel dan pengusaha besar perlu turut memberikan dukungan dalam rangka mempertahankan ritel tradisional melalui serangkaian pendampingan teknis pengelolaan. Konsumen dapat turut berkontribusi untuk memajukan ritel tradisional dengan tidak ikut latah sedikit-sedikit belanja di ritel modern. Karena di satu sisi, keunggulan ritel tradisional yang lain adalah mereka memiliki konsumen setia. Konsumen yang merasa tidak ewuh ketika berbelanja di toko eceran.
Apapun itu, ritel tradisional harus terus bertahan. Bukan berharap untuk berkembang pesat. Ritel tradisional memang perlu dilindungi. Sembari turut merubah wajahnya sendiri. dalam hal ini mereka harus mampu bertransformasi menjadi unit usaha mikro yang lebih modern lewat pengelolaan dan pelayanan kepada konsumen yang lebih baik dan terstandarisasi baik mutu, kualitas serta layanan. Di tengah badai krisis yang melanda dunia. Ritel tradisional diharapkan mampu terus bertahan memenuhi kebutuhan masyarakat dan memberikan sedikit nafkah bagi pelaku di dalamnya. Sembari semua pihak terus memberikan dukungan agar usaha kecil yang sangat strategis ini dapat terus bertahan.
Avi Budi Setiawan: Pengajar Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Unnes; Peneliti K2EB

0 comments:

Post a Comment